Teladan Pemimpin Amanah "UMAR BIN ABDUL AZIZ"

Teladan Pemimpin Amanah
UMAR BIN ABDUL AZIZ

Umar bin Abdul Aziz, khalifah ideal. Ia menjadi teladan memimpin sebuah negeri. Pemimpin yang shalih, kharismatik, bijaksana, dan sangat dekat dengan rakyat. Sosok yang membuang jarak pemimpin dan umatnya. Penghafal Hadits, mujtahid, zahid, dan ahli ibadah. Pribadi yang layak digelari Amir al-Mukmin.
Umar memiliki garis keturunan dari Umar bin Khaththab. Nama lengkapnya Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin al-Hakam bin Abu al-Ash bin Umayyah bin Abd Syams bib Manaf. Anak pertama dari sepuluh bersaudara. Ayahnya, Abdul Aziz bib Marwan, adalah salah seorang dari gubernur Klan Umayyah. Ia seorang pemberani dan suka berderma. Abdul Aziz adalah pria shalih yang pemahaman Islamnya sangat baik. Ia merupakan murid dari Abu Hurairah. Abdul Aziz menikah dengan seorag

Hakekat Orang Bangkrut

Hakekat Orang Bangkrut
Dr Ali Trigiyatno

Pada dasarnya tidak ada orang yang mau mengalami kebangkrutan baik di dunia atau di akhirat. Namun demikian, Nabi Muhammad saw dalam Hadits shahih riwayat Imam Muslim menjelaskan orang yang akan mengalami kebangkrutan besuk di hari kiamat sekaligus nasib akhirnya. Adapun bunyi lengkap Hadits itu adalah sebagai berikut:
Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah saw pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab,”Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.” Rasulullah saw bersabda: “ Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan (pahala) shalat, puasa, dan zakat, tetapi sering mencaci-maki, menuduh dan makan harta orang lain serta membunuh dan memukul orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada

Jihad Amar 'Adli Nahi Dhulmi

JIHAD AMAR ‘ADLI NAHI DHULMI
Prof Dr HM Amien Rais, MA

Tantangan Muhammadiyah ke depan cukup berat, kita perlu membuat langkah-langkah penting sesuai kemampuan kita. Kita memang tidak dituntut melakukan hal-hal yang diluar kesanggupan kita (Al-Baqarah 286). Tetapi kita perlu membuat langkah untuk mengatasinya.
Pertama, menegaskan dan memperluas doktrin perjuangan kita. Dalam rangka menjunjung tinggi dan menegakkan agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya perlu menegaskan hal ini. Selama ini Muhammadiyah melaksanakan dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tijdid yang diwujudkan dalam amal usaha, program dalam kegiatan tertentu.
Dalam kegiatan ini, sudah tiba saatnya Muhammadiyah juga mengembangkan Dakwah Al-amru bil ‘Adli dan An-Nahyu ‘Anil Dhulmi. Yakni berjuang menegakkan keadilan dan membrantas kedzaliman (An Nahl 76 dan 90, Al A’raf 159 dan 181, dan Al Maidah 8). Barangkali bisa dikatakan Al-amru bil ma’ruf dan An-Nahyu ‘Anil Munkar lebih menitikberatkan pada kehidupan moral atau akhlak. Sedangkan Al-amru bil ‘Adli dan An Nahyu ‘Anil Dhulmi lebih menyangkut persoalan

Hubungan Radla’ah Lewat Donor Asi

Hubungan Radla’ah Lewat Donor Asi
Dra Siti Aisyah, MAg

Fenomena donor ASI mengundang pertanyaan dikalangan masyarakat. Permaslahan yang diperdebatkan terkait dengan hubungan mahram karena radla’ah (pemberian ASI oleh perempuan lain) yang menyebabkan tidak boleh menikah dengan ibu menyusui dan saudara sepersusuan.
Terkait dengan hubungan mahram karena radla’ah memang belum ada kesepakatan. Fatwa maupun Keputusan Tarjih juga belum ada. Di kalangan ulama Tarjih sudah ada wacana pemikiran tentang hal tersebut, namun belum ada kata sepakat, sehingga belum ada keputusan. Di kalangan ulama Fikqih, terdapat perbedaan pendapat. Donor ASI merupakan suatu kebutuhan. Mereka sepakat terdapat hubungan mahram karena radla’ah, sehingga perlu diketahui identitas donor, baik dari sisi kesehatan dan mendasari akhlak atau kepribadian anak.
Prinsip dasar dalam penetapan hukum donor ASI adalah bahwa donor ASI, termasuk wilayah muammalah duniawiyah, yang hukum dasarnya adalah “mubah”, sejalan dengan kaidah ushuliyyah

Sikap Orang Kafir (2)

Sikap Orang Kafir (2)
Surat Al-Baqarah ayat 165-167

Dalam diri manusia terkadang muncul semacam peperangan batin. Antara memilih yang hak dan yang batil. Terkadang timbul dalam hati manusia semacam pertentangan antara mengabdi kebenaran yang berasal dari Allah atau mengabdi kepada hawa nafsu. Sungguh beruntung orang yang dapat mengalahkan dan menundukkan hawa nafsunya dan memihak kepada kebenaran yang diyakininya. Mukmin yang baik yang diharapkan oleh Qs. Al-Baqarah [2]: 165 adalah orang yang meletakkan kecintaan dan loyalitas kepada Allah di atas kecintaan kepada hawa nafsu atau kepentingan pribadi.
Loyalitas kepada Allah dalam kehidupan di dunia ini tercermin, antara lain, dalam bentuk loyalitas kepada aturan-aturan dan tuntunan yang digariskan oleh Allah untuk kebahagiaan kehidupan manusia dimuka bumi. Tiadanya loyalitas kepada Allah bisa berbentuk ketidakpatuhan kepada pedoman dan petunjuk-petunjuk ilahi. Perilaku seperti ini juga dapat dianggap sebagai “mengambil yang selain Allah menjadi tandingan-tandingan”  yang dikecam oleh Qs. Al-Baqarah [2]: 165.
karena menganggap bahwa “tandingan-tandingan” Tuhan itu memiliki kekuatan seperti kemampuan

Memperkuat Keluarga Sakinah

MEMPERKUAT
KELUARGA SAKINAH

Mukatamar ke-47 ‘Aisyiyah di Makassar, bulan Agustus yang lalu, merupakan Muktamar yang istimewa bagi ‘Aisiyah, karena bertepatan denga satu abad ‘Aisyiyah. Untuk itu muktamar kali ini sedikit berbeda dengan Muktamar-Muktamar ‘Aisyiyah seblumnya. Muktamar ke-47 ini, sekaligus menandai ‘Aisyiyah memasuki abad kedua. Menandai abad kedua ini, dalam Mukmara kali ini, ‘Aisyiyah mencoba merumuskan tentang pokok pikiran ‘Aisyiyah abad kedua. Pokok pikiran ini memberikan gambaran, apa yang harus dilakukan oleh ‘Aisyiyah minimal untuk lima tahun kedepan.
Sebagai pelopor gerakan perempuan Indonesia, sebagaimana dinyatakan dalam pokok pikiran ‘Aisyiyah Abad kedua, dari zaman ke zaman para tokoh ‘Aisyiyah sejak awal pergerakan merintis kiprah dengan ruh keyakinan keagamaan yang kokoh, jiwa ikhlas, pengetahuan dan kecerdasan yang luas, sikap rendah hati, keuletan, pengalaman, kesungguhan, serta pengkhidmatan yang tidak kenal lelah dalam khazanah perjuangan kaum perempuan Islam. Kisah ‘Aisyiyah itu merupakan prjuangan untuk berjihad dalam memajukan seluruh aspek kehidupan melalui penguatan spiritualitas, akhlak,

Mencegah Kekerasan Atas Nama Agama

Mencegah Kekerasan Atas Nama Agama

Kekerasan atas nama agama mendapat sorotan dalam muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar. Paling tidak ada 4 poin dalam rekomendasi Muktamar yang menyorot tentang kekerasan atas nama agama ini. Dua point dalam isu keumatan, satu point dalam isu kebangsaan dan satu point dalam isu kemanusiaan universal untuk ditindak lanjuti pasca Muktamar ini.
Sumber-sumber kekerasan ini antara lain: takfiri (kecenderungan menkafirkan pihak lain), hubungan Sunni-Syiah, lemahnya toleransi, dan diskriminasi. Keempat hal tersebut patut menjadi perhatian agar kekerasan atas nama agama tidak berlangsung di bumi Allah.
Perkembangan muttakhir menunjukkan gejala meningkatnya perilaku keberagaman yang ekstrim antara lain kecenderungan mengkafirkan pihak lain (takfiri). Di kalangan umat islam terdapat kelompok yang suka menghakimi, menanamkan kebencian, dan melakukan tindakan kekerasan

Kezaliman Menuai Badai

Kezaliman Menuai Badai

Hakim, polisi, dan pengacara dijerat lembaga anti ruswah dan sebagian sudah masuk penjara. Jika para penegak hukum terjerat kasus hukum bagaimana nasib bangsa dan Negara hukum? Ibarat pepatah pagar makan tanaman. Apapun menjadi tidak aman karena penjaga hukum kehilangan amanah. Hukum dirusak olah penegaknya sendiri.
Keadaan malah tambah parah. Penegak hukum arogan dan sewenang-wenang. Siapapun seakan mudah dijebloskan ke bui hanya oleh seorang petinggi penegak hukum yang sok kuasa. Orang dijerat hukum karena  mengusik kepentinganya. Sementara para penjahat kelas berat yang merusak Negara dibiarkan leluasa karena sejalan dengan kepentingannya. Ketika diperingatkan oleh para ulama dan penjaga moral bangsa malah mencerca dengan congkak, seolah Negara ini miliknya. Kekuasaan dan arogansinya melebihi pemimpin tertinggi negeri. Atasnama hukum malah semaunya sendiri. Sungguh

Menebar Manfaat

MENEBAR MANFAAT
Mutohharun Jinan

Diriwayatkan dari Jabir berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baiknya manusia adalah orang yang  paling bermanfaat bagi manusia (lainnya).” (HR Thabrani dan Daruquthni).
Hadits tersebut mendorong kaum Muslim untuk berlomba-lomba menjadi orang yang baik. Indicator kebaikan seseorang itu dapat dilihat dari manfaatnya bagi kehidupan orang lain, dimanapun ia berada. Semakin banyak member manfaat berarti semakin baik pula kehadirannya ditengah masyarakat.
Aspek kemanfaatan memang seringkali menjadi salah satu pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan. Misalnya, jika seseorang harus memilih salah satu dari banyak kemungkinan, maka yang dipilih adalah yang paling banyak mengandung manfaat dan yang paling sedikit mengandung

Manusia Menurut Fitrah Beragama Tauhid

Manusia Menurut Fitrah Beragama Tauhid

Kiai Dahlan kerap kali menerangkan: “Agama itu adalah cenderungnya ruhani berpaling dari nafsu, yang naik ke angkasa kesempurnaan, yang suci, yang bersih dari tawanan benda-benda. Menurut Kiai Dahlan, orang yang beragama ialah orang yang jiwanya menghadap kepada Allah dan berpaling dari lainnya. Bersih tidak dipengaruhi oleh lain-lainnya, hanya tertuju kepada Allah, tidak tertawan oleh kebendaan dan harta benda. Sikap ini dapat dibuktikan dan dilihat dengan kesadaran menyerahkan harta benda dan dirinya kepada Allah.
Oleh karena itu, pada hakikatnya agama berada di dalam hati manusia. Bukti atau tanda orang yang beragama dapat dilihat pada lahirnya. Faham yang demikian itu, sesuai dengan agama fitrah

Ciri-ciri Orang yang Bertauhid

Ciri-ciri Orang yang Bertauhid
Hasanuddin, SPdI

Suatu hari, anak kecil, sang penggembala raja disuruh menjual salah satu gembalanya oleh Khalifah Umar dan jangan diberitahukan kepada raja. Spontan anak tersebut menjawab, “Lalu Fa ainallah?” “Dimana Allah?”  Dari kisah tersebut kita bisa bercermin bahwa anak tersebut marasa Allah selalu bersamanya dan takut berbuat sekecil apapun. Dengan kata lain anak tersebut memiliki tauhid yang tinggi kepada Allah yakni, menyakini bahwa Dia adalah satu-satunya zat yang maha segala-galanya.

Bagaimana cirri orang yang bertauhid?
1.       Memaafkan
Kita sering menyaksikan sekelompok masyarakat begitu mudah mengumbar emosi tanpa

Sikap Orang Kafir (1)

Sikap Orang Kafir (1)

Surat Al-Baqarah 165-167:
(165) Di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
(166) (yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.