Mengantar Masa Puber

Mengantar Masa Puber

Pubertas berarti kedewasaan, yaitu masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik dan psikologis, serta terjadi kematangan alat-alat seksual dan reproduksinya. Serta terjadi kematangan alat-alat seksual dan reproduksinya. Masa puber merupakan masa peralihan menuju masa remaja. Umumnya pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa ini berlangsung cepat dan singkat. Ahli perkembangan mengatakan masa remaja sebagai masa topan badai dan stres. Ini disebabkan oleh kecenderungan sikap anak yang telah memiliki keinginan untuk bebas menentukan nasib sendiri. Maka, mereka perlu bimbingan agar menjadi individu yang memilki rasa tanggungjawab.
Pubertas biasanya terjadi selama 3-4 tahun. Pada masa pubertas, anak akan mengalami perubahan fisik primer dan sekunder. Perubahan primer adalah perubahan yang pasti dialami oleh anak, contohnya, fungsi organ seksual. Sedangkan perubahan sekunder merupakan perubahan pada fisik yang tampak dari luar sebagai pembeda antara laki-laki dan perempuan. Masa pubertas juga membuat perubahan pada sikap dan perilaku remaja, antara lain: - Cenderung menjadi penyendiri dan menarik diri dari teman-teman dan keluarganya. – Emosi tinggi, anak mudah marah, gelisah serta menangis karena hal kecil. – Mulai merasa bosan dengan hal yang dahulu disukai. Pada anak tertentu diikuti dengan prestasi yang menurun. – Tidak mau bekerjasama, sering membantah, menentang, mengkritik, merendahkan serta membuat permusuhan. – Menjadi kurang percaya diri, misalnya dalam hal penampilan. Ia takut orang lain memperhatikan dan member kritikan atau komentar negative.

Untuk bisa mengantar masa puber dengan baik, peran orang tua sebaiknya:
1.       Pahami bahwa pubertas merupakan prose alami yang akan dijalani anak sesuai tahapan perkembangan yang akan dialaminya.
2.       Orangtua perlu membekali diri dengan berbagai informasi agar dapat member penjelasan dan dapat menjawab pertanyaan tentang pubertas. Jangan merasa tabu untuk menjelaskannya.
3.       Tetap bersikap tenang dan bijaksana saat mengahadapi tingkah laku anak yang tengah bereksperimen dengan hal baru. Seperti saat putri mengalami haid.
4.       Bisa menjadi teman dan pendengar yang baik. Dengan menyesuaikan cara berkomunikasi dengan remaja, maka remaja akan merasa nyaman ‘curhat’ dengan orangtuanya.
5.       Jelaskan bahwa pubertas adalah prose alami yang dialami oleh semau anak. Proses perubahan yang terjadi pada dirinya merupakan proses alamiah. Tekankan padanya agar tidak malu tentang perubahan biologisnya. Di sini orang tua perlu bersikap proaktif.
6.       Jelaskan secara detail semua hal yang berkaitan dengan reproduksi. Termasuk cara memakai pembalut saat sedang haid dan cara membersihkannya.
7.       Jelaskan pula pada anak akan pentingnya menghargai dan menjaga kehormatan dirinya. Selain itu berikan pengenalan peran dalam interaksi social dan pengenalan dirinya.

Pendampingan yang baik orangtua akan mengantarkan anak menjalani masa pubertas secara positif dan menunjang perkembangannya menjadi pribadi yang tangguh, matang, percaya diri dan dewasa dalam berpikir.  


Sumber:

SUARA MUHAMMADIYAH 22/100|16-30 NOVEMBER 2015 HALAMAN: 51

Iman dan Ilmu Meningkatkan Kualitas Diri

Iman dan Ilmu Meningkatkan Kualitas Diri

Diantara ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengan peningkatan kualitas adalah ayat 11 surat Al-Mujadilah yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis. “maka lapangkanlah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs Al-Mujadilah: 11).
Ayat ini turun berkenaan dengan suatu peristiwa untuk menghormati sahabat yang lebih beriman ketimbang yang lain oleh Rasulullah saw. Beberapa orang sahabat yang mengikuti perang badar telah hadir. Tetapi ada diantara sahabat tersebut tak bisa duduk dan tak ada yang mau tergeser memberi tempat.
Melihat hal itu, Rasulullah saw. Merasakan kurang senang kemudian meminta yang hadir untuk berdiri dan member tempat sahabat yang mempunyai derajat lebih tersebut, meski yang diminta kurang suka. Melihat yang demikian Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Allah merahmati

Menjumpai Allah Lewat Orang Lemah

Menjumpai Allah Lewat Orang Lemah
Ali Trigiyanto

Sebagian orang terkadang menyangka bahwa keshalihan individual punya nilai lebih tinggi sehingga ia begitu bersemangat mengejar keshalihan individual dan kurang memperhatikan keshalihan social. Banyak orang yang bangga kalau bisa naik haji dan umrah berulang-ulang, atau rajin puasa dan shalat malam, namun disisi lain tumpul kepekaan sosialnya disaat melihat saudaranya menanggung sakit, putus sekolah, menganggur, kelaparan, dan juga kehausan.
Padahal begitu besar hak sesame yang mesti dipenuhi oleh manusia dalam pergaulan sehari-hari. Sehingga bila hak ini tidak dipenuhi padahal yang bersangkutan mampu dan longgar, maka kelak ia akan dituntut bukan oleh temannya itu, namun Allah sendiri yang akan menuntutnya. Hadits Qudsi riwayat Imam Muslim berikut ini membuktikannya.
Bersumber dari sahabat Abu Hurairah ia berkata bahwa nabi saw pernah bersabda: “Pada Hari Kiamat kelak, Allah, mengatakan: ‘Wahai Anak Adam, Aku sakit tetapi kamu tidak menjenguk-Ku’. Hamba bertanya: ‘Bagaimana aku harus menjenguk Mu, Sedangkan Engkau adalah Tuhan bagi alam

MEMBANGUN UMAT ISLAM YANG BERKEMAJUAN

MEMBANGUN UMAT ISLAM YANG BERKEMAJUAN
Dr H Haedar Nashir, MSi

Umat Islam diidealisasikan sebagai Kharya Ummah atau umat terbaik (Qs Ali Imran: 110), ummatan wasatha atau umat tengahan dan syuhada ‘ala al-nas atau pelaku sejarah (Qs Al-Baqarah: 143), dan dijanjikan Allah menjadi Khalifah yang akan menguasai dunia (Qs Ar-Rum: 55). Sungguh betapa hebat kedudukan sekaligus harapan akan kehadiran umat yang maju, unggul, dan terbaik di muka bumi ini.
Islam sebagai agama Allah yang dianut umat Islam pun merupakan agama yang sempurna, utama, dan paripurna (Qs Al-Maidah: 3), yang tidak ada agama yang paling diridhai Allah kecuali Islam. Umat Islam sering menggelorakan slogan keyakinan Al-Islam ya’lu wa la yu’la ‘alaihi, bahwa Islam itu agama yang unggul dan tidak ada agama apupun yang menyamainya. Umat terbaik dengan agama yang sempurna tentu akan melahirkan peradaban utama.
Namun pada kenyataan saat ini umat Islam masih tertinggal dalam banyak aspek kehidupan. Dalam bidang ekonomi umat Islam dhu’afa. Dalam politik selain terpecah belah juga belum mampu

Kangkuhan Abu Syibrin

KEANGKUHAN
ABU SYIBRIN”

Di kalangan ahli hikmah dikenal sebutan “Abu Syibrin” diambil dari ujaran “syabara-syabran” artinya mengukur dengan menggunakan jari sejengkal. Berarti “Abu Syibrin” itu ialah “Bapak Sejengkal”, maksudnya orang yang ilmunya sebatas jari sejengkal. Bahasa lain, berilmu sedikit.
Orang-orang  yang ilmunya baru sejengkal itu suka merasa berilmu ribuan kilo meter, sehingga timbul kesombongan dalam dirinya. Dirinya merasa sudah mengetahui segala hal, yang lain dianggapnya tidak tahu. Maka, sebutan “Abu Syibrin” hanya pelukisan terhadap orang yang ilmunya belum seberapa tetapi angkuh diri seolah ilmunya luas.
Ilmu memang sering membuat seseorang congkak diri. Baik karena menguasai ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum, menganggap diri serba tahu. Seakan hanya dirinya yang hebat, yang lain tidak ada apa-apanya. Lebih-lebih manakala ilmu yang diperolehnya berasal dari negeri orang nun jauh di sana,

Haji Mabrur

HAJI MABRUR

Memasuki bulan-bulan haji seperti sekarang ini, ungkapan haji mabrur menjadi salah satu kata yang begitu popular di masyarakat, terutama sebagai doa bagi sebagian diantara kita yang akan menuanaikan rukun Islam yang kelima ini. Telah menjadi kultur sebagian masyarakat jika akan menunaikan ibadah haji melakukan “ritual” walimatussafar dan pasti kata “haji mabrur” menjadi kata yang dominan terucap diantara nara sumber dan setiap orang yang hadir pada acara tersebut. Hal itu wajar saja mengingat sabda Nabi Muhammad saw bahwa haji mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.
Jika mengacu pada kitab-kitab fiqh, khususnya bab haji, kata mabrur hamper selalu diartikan sebagai maqbul, yang berarti “diterima”. Haji mabrur berarti haji yang diterima, maksudnya diterima oleh Allah SwT. Jika haji dipahami pada konteks ini, berarti manusia di dunia ini selamanya tidak pernah

Qurban sebagai Aktualisasi Tauhid Cinta

Qurban sebagai Aktualisasi Tauhid Cinta
Muhbib Abdul Wahab

Salah satu ujud ketauhidan manusia adalah cinta pada Allah (“tauhid cinta”). Karenanya manusia perlu dididik untuk mengaktualisasikan “tauhid cinta”. Cinta kepada Allah itu harus murni dan tulus. Allah tidak diduakan. Bercinta dengan Allah tidak boleh dibarengi dengan perselingkuhan teologis.
Tahid cinta harus dibuktikan dengan kesediaan dan ketulusan berkurban. Salah satu pendidikan tauhid cinta ini melalui ibadah Qurban.
Ibadah Qurban merupakan salah satu jejak Nabi Ibrahim as. Nabi Ibrahim as diperintahkan oleh Allah “menyembelih anak kandung yang sangat dicintainya, Ismail as.
Mengapa yang dikurbankan itu yang dicintainya? Karena, manusia seringkali terjebak pada cinta dunia, cinta harta, cinta anak, cinta wanita, dan cinta kekuasaan, sementara lupa adanya cinta abadi,