Menggerakkan Muhammadiyah dengan Ikhlas dan Kesungguhan

Menggerakkan Muhammadiyah dengan Ikhlas dan Kesngguhan

oleh Dr H Haedar Nasir, MSi

Muhammadiyah itu kaya mozaik keutamaan. Di wilayah, daerah, cabang, ranting, dan jamaah Muhammadiyah banyak di jumapai para pemimpin, kader, serta warga yang ikhlas dan bersungguh-sungguh mengemban misi dakwah meski harus menghadapi segala rintangan. Para penggerak Muhammadiyah itu gigih berkhidmat merintis, merawat menumbhkan, mengembangkan, memperluas dan membesarkan Muhammadiyah. Peranan mereka di Masyarakat juga baik dan positif sebagai orang-orang terpercaya.



Mereka sesungguhnya para mujahid pergerakan. Di daerah - daerah terpencil dan serba terbatas. Bahkan para pemimpin, kader dan warga muhammadiyah itu menunjukkan gairah dakwahnya yang luar biasa untuk menunjukkan kehidupan masyarakat setempat. Mungkin jika dinisbahkan dengan lingkungan Muhammadiyah yang telah maju dan relatif serba mudah boleh jadi tidak sebanding. Tetapi untuk ukuran daerah setempat subgguh merupakan dinamika yang sangat berharga.

Dengan menyelami spiritdan etos pergerakan dari para pemimpin, kader, dan warga Persyarikatan yang penuh pengkhidmatan itu, sungguh tak sebanding rasanya manakala diantara kita masih belum opimal dalam mengerahkan tenaga, pikiran, dan kemampuan untuk mengemban misi dakwah Muhammadiyah. Lebih-lebih jika dalam berkiprah di Muhammadiyah itu terbersit unsur ambisi, kepentingan serta perasaan diri paling sukses dan hebat.


Karenanya menjadi penting menghayati kadar kehadiran setiap diri kita selaku pimpinan, kader, dan warga dalam menggerakkan Muhammadiyah mewujudkan tujuanya. Seberapa jauh kita telah berkiprah dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan dalam menggerakkan Muhammadiyah, yang membawa pada kemajuan gerakan. Ukuran utamanya tentu kemajuan organisasi Muhammadiyah, bukan tentang kehebatan orang-orangnya.


Ikhlas dan Mujahadah

Muhammadiyah maupun umat Islam itu maju berkembang karena para pemimpin dan warga gigih berjuang. Dari kegigihan itu, lahir berbagai amal usaha dan kerja-kerja dakwah yang memajukan kehidupan umat dan masyarakat. Mereka barjuang untuk tegaknya Islam sebagai pembawa obor pencerahan. Tanpa jerih payah para penggerak yang gigih itu sejak masa awal hingga kini, tentu Muhammadiyah tidak akan besar dan meluas di seluruh persada negeri.

Kenapa  para pemimpin, kader, dan warga Persyrikata itu begitu gigih mengemban misi yang sesungguhnya berat? Jawabanya, mereka Ikhlas dan memiliki jiwa Jihad! Mereka dalam berjuang benar-benar tulus hati dan mengerahkan segala kemampuan semata-mata karena Allah. Disadari betul bahwa berjuang di Muhammadiyah merupakan perwujudan dari ibadah (AS Adz-Dzariat: 56) dan peran kekhalifahan (Qs Al-Baqarah: 30; Hud: 60) demi meraih ridla Allah dan karunia-Nya (Qs Al-Fath: 29), sehingga kelak memperoleh surga disisi-Nya.

Para mujahid pergerakan Muhammadiyah itu berjuang jauh dari motif ambisi meraih kedudukan. Mereka sepenuh hati menjalankan misi menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Mereka tidak riya' dan merasa diri hebat, serta sepi dari sorotan media dan puji-puji publik. Mereka tidak pernah mengeluh ketika menghadapi masalah, kesulitan, dan rintangan. Mereka menjalaninya dengan penuh rasa syukur, istiqomah, sabar, dan tuma'ninah.

Kebesaran Muhammadiyah itu lahir dari jiwa, sikap, dan pengkhitmatan para mukhlisin dan mujahidin gerakan itu. Keikhlasan dan kesungguhan merupakan energi rukhaniah yang dahsat dalam membawa keberhasilan perjuangan dakwah sepanjang sejarah. Mereka tidak pernah mengejar jabatan, yang dapat menghilangkan nilai perjuangan dan pahala amaliahnya laksana debu diatas batu yang tertiup angin kencang.

Keikhlasan dan kesungguhan dalam memimpin dan menggerakkan Muhammadiyah itu diuji dikala susah dan perlu banyak pengorbanan. Jiwa ikhlas dan kesungguhan itulah yang dihayati Kiai Dahlan, sehingga dalam keadaan genting tatkala menghadapi tantanga dari masyarakatnya beliau tetap gigih berjuang meletakkan dasar gerakan Muhammadiyah. Ketika sulit dan sakit pendiri Muhammadiyah itu tetap istiqamah menuntaskan pengkhidmatanya sebagai pejuang di jalan Allah.

Pendiri Muhammadiyah itu menghayati betul mutiara hikmah Imam Al-Ghazali: al-nasu kullu hum mauta illa al-'ulama wa al-'ulamaa-umutahayiruna illa al-amilun wa al-miluna 'ala wajali illa al-mukhlisun. Bahwa "setiap manusia itu mati (kesadaran) kecuali mereka yang berilmu, yang berilmu mengalami kebingungan kecuali yang beramal, dan yang beramalpun cemas kecuali mereka yang ikhlas". Beliau juga sering mengajak murid dan sahabatnya untuk berjuang sungguh-sungguh di Muhammadiyah. Dikatakan, "bersungguh-sungguh saja belum tentu berhasil, apalagi jika tidak bersungguh-sungguh".

Perjuangan Rasul

Muhammadiyah menisbahkan dirinya pada nama Nabi Muhammad. Artinya seluruh nafas dan dimensi gerakanya haruslah meneladani perjuangan Rasul. Nabi adalah figur pilihan Allah yang menjadi uswah hasanah. Sebagai pemimpin beliau menjalani kehidupan dengan penuh perjuangan berat. Ketika di Makkah beliau mendapat tekanan keras, diusir dan bahkan hendak dibunuh  hingga hijrah ke Madinah. Di Madinah membangun dan menyatukan masyarakat, mendidik umat manusia, meletakkan sendi-sendi peradaban, menyebarkan perdamaian, berperang membela diri hingga terluka, dan menghabiskan seluruh hayatnya untuk tegaknya Islam dan peradaban umat manusia yang cerah dan mencerahkan.

Seluruh pimpinan dan anggota muhammadiyah tentu harus mewarisi keteladanan utama Rasul dalam seluruh denyut nadi kehidupannya. Termasuk dalam memimpin pergerakan Islam ini dan mewujudkan usaha-usahanya. Nabi itu berakhlak yang agung, cerdas dan mulia, berjuang penuh ikhlas dan kesabaran, serta menunjukkan segala keutamaan. Kesempurnaan ada pada diri Rasul, namun beliau jauh dari sifat angkuh. Beliau melarang umatnya bersifat ujub, riya, dan takabur diri. Baginda Nabi sangat menghormati siapapun yang berada dihadapannya.

Kiai Dahlan dalam merintis Muhammadiyah berusaha mengikuti jejak perjuangan Nabi. Sang pencerah itu telah memberikan segalanya untuk muhammadiyah demi kejayaan umat dan bangsa yang masih terbelakang dan terjajah. Di ujung hayatnya, ketika sering sakit dan diminta istirahat Kiai berkata, "Aku ingin meletakkan fondasi ini, sehingga mudahlah bagi yang ingin melanjutkan." Setelah itu bergantian hadir generasi penerus perjuangan Muhammadiyah yang jiwanya sepenuh hati membesarkan dan memajukan geraksn Islam ini.

Selagi Allah masih memberi anugerah dan kesempatan hidup yang leluasa, marilah kita optimalkan pengkhidmatan mengemban misi Muhammadiyah dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh. Bangun kebersamaan, ukhuwah, dan saling menyayangi yang dapat menjadi kekuatan kolektif dalam Muhammadiyah. Ciptakan suasana bermuhammadiyah yang sejuk, damai, dan kondusif untuk lahirnya pikiran-pikiran jernih dan usaha-usaha yang membawa pencerahan. Jauhi perangai-perangai negatif yang dapat menyebarkan virus keretakan dan perpecahan yang berbuah kemunduran ditubuh Persyarikatan ini.
 
Apalah artinya kiprah yang kita lakukan selama ini manakala dibandingkan dengan perjuangan Nabi akhir zaman, pendiri Muhammadiyah, serta para Mujahid pergerakan yang begitu total dalam berkhidmat menegakkan Kalimah Allah di seluruh persada negeri. Dengan jiwa syukur dan tawadhu sungguh tak ada yang perlu dibangga-banggakan dari diri kita dalam pengkhidmatan di Muhammadiyah yang boleh jadi belum seberapa ini. Kebanggaan diri itu malah bisa tergelincir pada sikap riya dan takabur yang mengurangi makna dan pahala!.


sumber:
SUARA MUHAMMADIYAH 03/100 | 11-25 RABIUL AKHIR 1436 H / 1-15 FEBRUARI 2015