HAYYA 'ALA AL-FALAH

 HAYYA 'ALA AL-FALAH

Hayya 'Ala Al-Falah - Setiap manusia ingin hidupnya bahagia, menang dan sukses. Tidak ada orang yang tidak menginginkan ketiganya, kecuali mereka yang tidak normal. Bahkan untuk bahagia, sukses, dan menang ada yang menggunakan segala cara yang tak halal. Sebutlah para koruptor, penjahat dan siapapun yang peranaginya suka menghalalkan segala cara yang kotor.

Kebahagiaan, kemenangan dan kesuksesan dalam rujukan Islam disebut "al-Falah". Dalam Al-Qur'an terdapat 40 kata "al-Falah" dalam berbagai variasi ujaran. Sebelas kata diantaranya dirangkaikan dengan "la'allakum tufihun", artinya agar kamu atas karunia Allah memperoleh keberuntungan. Sedangkan 12 kata "al-muflihun" dan satu kata "al-muflihim", yaitu "orang-orang yang menang, bahagia, dan berhasil". Artinya betapa penting memaknai kemenangan, kesuksesan dan kebahagiaan dalam sepirit "al-falah" diambil dari kata "fal-hu". Dalam Al-Munjid" antara lain disebutkan beberapa arti kata "al-falah" yaitu "sya-qa-ha" (falhu al-ardl) yaitu mengolah bumi, membelah tanah atau membajak. Arti lain ialah "na-ja-ha" yaitu berhasil dengan
baik atau sukses. Arti yang ketiga ialah "da-fa-ra bima thalaba", yaitu memperoleh sesuatu yang dicari.  Banyak orang yang mencari sesuatu tidak memperoleh dan memperoleh sesuatu tang justru bukan yang dicari.

Kata al-fallah yaitu petani yang mengolah pertaniannya sehingga tumbuh dan berbuah. Artinya mereka yang ingin menang, sukses, dan bahagia perlu perjuangan seperti petani yang mengolah tanah dan menanam tanamannya hingga berbuah manis. Tidak ada kemenangan, keberhasilan, dan kebahagiaan itu datang tiba-tiba, semuanya memerlukan ikhtiar plus berdoa. Di luar ikhtiar memang ada anugerah Allah, namun anugerah itu tentu diberikan kepada mereka yang berjuang.

Setiap lima kali sehari setiap Muslim diajak untuk berburu "al-falah" sebagaimana ajakan dalam iqamah pada shalat wajib. Ajakan tersebut selain bermakna syariat dalam rangkaian ajakan untuk bershalat. Pada saat yang sama mengandung arti pentingnya meraih kebahagiaan, kemenangan, dan kesuksesan yang hakiki. Manusia setiap harinya disibukkan dengan mengejar kebahagiaan, kemenangan, dan kesuksesan yang duniawi sehingga sering lupa ukhrawi.

Banyak pula orang yang mengukur kebahagiaan, kemenangan, dan kesuksesan dari segi lahir belaka seperti harta dan tahta. Tahta dan harta memang penting tetapi manakala tidak memberi kemaslahatan dan diraih dengan cara tak halal maka tidak akan membuahkan "al-falah" yang sejati. Manusia bahkan bisa terjebak pada masalah dan fitnah ketika mengejar kebahagiaan duniawi dengan cara yang haram.

Bagi setiap Muslim, kebahagiaan-kemenangan-kesuksesan itu selain caranya harus benar, baik, dan pantas juga memiliki makna yang penting yakni bersifat lahir dan batin atau duniawi dan ukhrawi. Menurut Raghib al-Ashfahani, kebahagiaan duniawi ialah kehidupan di dunia yang nyaman seperti kelanggengan hidup, kekayaan dan kemuliaan. Sedangkan kebahagiaan ukhrawi yaitu wujud yang langgeng tanpa kepunahan, kekayaan tanpa kebutuhan, kemuliaan tanpa kehinaan, dan ilmu tanpa ketidaktahuan.

Jika setiap Muslim memaknai kemenangan, kesuksesan dan kebahagiaan secara hakiki maka itulah yang disebut dengan al-fauz al-'adhim. Agar memperoleh kemenangan yang sejati maka semua aktivitas Muslim haruslah bernilai ibadah dan kebaikan. (Qs. Al Hajj: 77). Kegiatan berdakwah bahkan dapat membawa kebahagiaan, kesuksesan, dan kemenangan. Allah berfirman, yang artinya: "Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung" (Qs. Ali Imran: 104).  Maka, berorganisasipun harus mengejar "al-falah", bukan berebut jabatan dan kesenangan duniawi.

sumber:
SUARA MUHAMMADIYAH 04 / 100 | 26 RABIUL AKHIR - 9 JUMADILAWAL 1436 H