KEKOMPAKAN PDM BANYUWANGI

KEKOMPAKAN PDM BANYUWANGI
Oleh: Nadjib Hamid

Hari Ahad merupakan hari libur bagi kebanyakan orang. Tapi bukan bagi PDM Banyuwangi. Setidaknya itulah yang saya saksikan pada pertengahan Desember lalu. Meski rumah tempat tinggal ketua dan anggota PDM lainnya tersebar jauh dari ibu kota kabupaten, toh tidak menghalangi kekompakan mereka dalam menjalankan aktivitas pembinaan jamaah, organisasi dan amal usaha.

Rata-rata jarak tempat tinggal mereka sekitar 35 km dari pusat kota. Rumah ketua Syuhadak As'ari, di Jatirejo. Wakil Ketua Mukhlis Lahuddin di Jember (baru belakangan ini pindah ke Genteng), Muslimin di Muncar, Syamsuddin di Pakis Duren, dan hanya sedikit pimpinan yang tinggal di kota.

"Kami biasanya saling bergantian menjemput. Siapa yang sedang pegang kendaraan, dialah yang keliling mendatangi rumah masing-masing," kata Ali Mukmin, salah seorang anggota pimpinan yang berdomisili di kecamatan Genteng. "Setiap Ahad, kami ada kegiatan bersama, baik untuk pembinaan jamaah, cabang dan ranting maupun amal usaha," tambahnya. 

Pada malam Ahad itu, mereka konsolidasi di Aula RSI Fatimah bersama pimpinan Majelis, ketua Ortom dan PCM hingga larut malam. Tapi sebelum jam 06.00, sudah bertemu kembali di masjid Ahmad Dahlan untuk Pengajian Ahad pagi bersama masyarakat.

Usai pengajian umum, persis jam 08.00, mereka berangkat bersama menuju ranting Telemung, Kalipuro, yang terletak di kaki gunung Ijen, untuk melakukan aneka kegiatan, mulai dari bakti sosial, pemeriksaan kesehatan, hingga pengajian. Meskipun sedang hujan deras, antusiasme jamaah luar biasa. Bukan hanya masyarakat umum, turut hadir pula camat Kalipuro, Kepala desa Telemung, Polsek, Koramil, dan ketua MWC NU.

"Ini membuktikan bahwa kita bukan hanya peduli pada warga Muhammadiyah, tapi juga semua masyarakat," jelas Ainur Rofiq, Wakil direktur RSI Fatimah, yang ditunjuk menjadi ketua panitia.

Belum rampung di Telemung, kegiatan di Genteng sudah menunggu. Di Aula SMKM sudah menunggu lebih dari 100 orang peserta program khusus D1 Kemuhammadiyahan, yang dikoordinir oleh PD Aisyiyah Banyuwangi, Dwi Deritaning Tyas. Para mahasiswa yang umumnya berasal dari amal usaha di seluruh cabang, itupun antusias mengikuti perkuliahan hingga adzan magrib tiba.

Enaknya, di beberapa cabang selalu tersedia rumah pribadi pimpinan yang khusus untuk penginapan tamu. Seperti Genteng ada rumah pak Ali Mukmin. Demikian pula di Jatirejo ada rumah anggota PCM. Beberapa kali saya menikmati fasiliatas itu.

"Ini semua bisa dilakuka, karena kami sehati dan bersinergi, baik antar pimpinan maupun dengan amal usaha," ujar Syuhadak Asy'ari. "Komitmen kami meski tidak pernah dapat bantuan dari pemerintah, tapi kami meski harus terus berbuat demi kemajuan masyarakat dan bangsa," tambahnya.

Pemerintah kabupaten Banyuwangi memang sedang berbenah. Jumlah kecamatan dan desa pun terus bertambah. Tapi sepertinya tidak ada berkah pembangunan yang di dapat Muhammadiyah. Karena itu, PDM bertekat kian memantapkan pendiriannya.

Amal usaha seperti pendidikan, kesehatan, panti asuhan dan Lazizmu kian diberdayakan dan ditingkatkan kwalitasnya agar bisa berbuat lebih banyak untuk masyarakat, yang pada gilirannya nanti bisa menambah jumlah jamaah, sehingga target pendirian cabang di semua kecamatan, dan pendirian ranting di lebih dari 60% jumlah desa pada periode ini dapat terpenuhi.

Sepintas, target itu seperti mengada-ada. Seperti menggantang asap. Karena masyarakat Banyuwangi bukanlah lahan subur bagi dakwah Muhammadiyah. Pasti banyak hambatan dan tantangan untuk merealisasikan target tersebut. Tapi tekad bulat sudah dicanangkan, yaitu kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas untu mewujudkannya. Bagi PDM Banyuwangi, hambatan bukan untuk dikeluhkan tapi untuk diatasi. Halangan bukan untuk diratapi tapi untuk diloncati. Rintangan bukan untuk ditakuti tapi diberantas.

Suasana kompak, diikuti kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas dalam membina jamaah, organisasi dan amal usaha, tentu tidak lepas dari managemen kepemimpinan yang dibangun sang ketua dari lokomotif gerakan. "Kepemimpinan pak Syuhadak itu menggerakkan dan mengayomi," komentar salah seorang pimpinan cabang.

Contoh nyata model kepemimpinan kolektif kolegial sudah dipraktekkan secara benar oleh pimpinan daerah paling timur di Jatim ini, bisa menjadi sumber inspirasi bagi siapapun yang ingin terus belajar menjadi lebih baik dalam mengelola Persyarikatan.


sumber:
MATAN. EDISI 103. FEBRUARI 2015