Tanda-tanda Keesaan
Allah (2)
Surat Al-Baqarah ayat
163-164
Bukti lain tentang kekuasaan dan keesaan Allah, sebagaimana disebut
dalam Qs. Al-Baqarah [2]:164, terdapat pada pergantian malam dan siang
(ikhtilafi-l-lail wa-n nahar). Makna pergantian malam dan siang pada ayat ini
yaitu adanya malam setelah siang usai, dan timbulnya siang setelah malam
beralu. Bumi, selain bergerak sepanjang orbitnya, juga berputar terhadap
dirinya sendiri. Karena semua putaran itu, sisi bumi yang menghadap matahari
menjadi terang. Kondisi terang ini disebut siang.
Allah menciptakan malam dan siang untuk mempermudah kehidupan manusia.
Jika terjadi siang terus menerus tanpa adanya malam, manusia tidak akan
mempunyai waktu khusus untuk tidur yang sangat dibutuhkan bagi kesehatan
manusia. Jika terjadi malam terus menerus tanpa ada siang, maka aneka tumbuhan
yang memerlukan siang dan malam akan dapat punah dan kehidupan akan ikut punah.
Adanya pertukaran siang dan malam memungkinkan manusia dapat mengatur jadwal
kegiatan untuk bekerja dan beristirahat secara teratur. Qs. Al-Furqan (25): 47
menyebutkan alas an Allah
membuat pertukaran siang dan malam dengan firman-Nya: “Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.”
membuat pertukaran siang dan malam dengan firman-Nya: “Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.”
Qs. Al-Baqarah [2]: 164 juga menyebut tanda kekuasaan Allah yang lain,
yaitu bahtera bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air
itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu
segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara
langit dan bumi. Sebagaimana dikemukakan di atas, uraian yang lebih rinci
tentang penciptaan alam semesta yang luar biasa, termasuk tentang lautan tempat
bahtera berlayar, hujan yang dapat menghidupkan tanah yang tandus, aneka ragam
hewan serta tentang pengisaran angin dan awan, dapat ditemukan pada buku-buku
ilmu pengetahuan alam. Allah yang mengagumkan ini digambarkan pada Qs.
Al-Furqan [25]: 2 dengan firman-Nya: “Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan
Dia menetapkan ukuran-ukuranya dengan serapi-rapinya.”
Sejumlah ulama menyebut tanda-tanda keagungan Allah yang tercantum pada
ayat 164, seperti penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang,
bahtera-bahtera yang berlayar di laut, turunnya air dari langit yang dapat
menghidupkan bumi yang kering, tersebarnya segala jenis hewan di bumi itu, dan
pengisaran angin dan awan, sebagai ayat kauniyyah ini dapat dilihat, antara
lain, pada Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Qur’an al-Hakim (Kairo, Dar
al-Manar, 1947), jilid 2, hlm. 57, dan dapat dilihat pula pada Sayyid Quthb, Fi
Zhilal al-Qur’an (Kairo, Dar al-Suruq, 1986), jilid 1, hlm. 148). Menurut ayat
164, kesemua itu merupakan tanda atau bukti tentang keagungan dan keesaan Tuhan
bagi orang-orang yang memikirkannya. Hal ini dapat dicermati dengan kata kata
yang terdapat pada ujung ayat tersebut yang ditutup dengan firman Allah:
“Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesara Allah) bagi kaum yang
memikirkan” (la ayatin li qawmin ya’qilun).
Kalimat penutup berupa firman Allah : “Sungguh (terdapat) tanda-tanda
(keesaan dan kebesara Allah) bagi kaum yang memikirkan” pada penghujung ayat
164 surah al-Baqarah itu menegaskan bahwa criteria orang yang dapat memahami
tanda atau bukti keberadaan dan keesaan Allah adalah kaum atau orang-orang yang
memikirkan (qaum ya’qilunl), yaitu kejadian dan fenomina yang ada di alam
semesta ini. Sehubungan dengan itu, umat islam selayaknya berupaya
sungguh-sungguh untuk lebih peuli dan tidak lalai memikirkan kejadian-kejadian
dan fenomena yang ada dalam alam semesta dan dalam kehidupan keseharian, agar
umat islam dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari peristiwa dan
kejadian itu untuk kemajuan umat.
Sungguh teramat banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang mendorong umat islam
untuk menggunakan akal pikirannya sebaik-baiknya, seperti penutup ayat 164
surah Al-Baqarah [2] ini yang mengajarkan kepada umat islam akan pentingnya
memikirkan tanda-tanda kekuasaan dan keesaan Allah secara mendalam. Begitu
banyaknya ciptaa Allah yang menakjubkan yang diperuntukkan bagi umat manusia
yang terhampar di bumi dan dilangit untuk kita pikirkan dan manfaatkan
sebaik-baiknya. Sungguh rugi orang yang tidak memikirkan dan mengambil
pelajaran dari berbagai ciptaan Allah di alam semesta. Ayat 164 ini mendorong
umat manusia untuk menggunakan akal pikirannya secara maksimal untuk dapat
menyadari sepenuhnya kekuasaan dan keesaan Allah dan agar manusia dapat memanfaatkan
segenap ciptaan Allah di langit dan di bumi dengan sebaik-baiknya.
Tentang pentingnya mengambil
pelajaran dari penciptaan langit dan bumi, antara lain dapat dilihat pada
firman Allah pada Qs. Yunus [10]: 3. Setelah Allah menuturkan tentang penciptaan
langit dan bumi dalam enam masa, Allah menutup ayat tersebut dengan firmannya:
“Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” (Qs. Yunus [10]:3).
Semua yang menakjubkan di langit dan bumi ini, secara rasio, tentunya
tidak mungkin tercipta dengan sendirinya. Jika ada yang menyatakan bahwa alam
semesta ini tercipta dengan sendirinya atau tercipta karena adanya suatu
ledakan besar tanpa ada yang merancang sebelumnya, pernyataan ini adalah
pernyataan yang sulit diterima oleh akal sehat. Pendapat yang menyatakan bahwa
semua yang ada di bumi dan langit terwujud dengan sendirinya hanya karena ada
suatu ledakan tanpa ada penciptanya, bisa disamakan dengan pendapat yang
menyatakan bahwa sebuah kamus yang terdiri dari puluhan ribu kata-kata yang
tersusun rapi itu tercipta dengan sendirinya tanpa ada yang menyusunnya, tapi
hanya karena adanya suatu ledakan di sebuah percetakan. Ini tentunya suatu
pendapat yang tidak rasional.
Contoh lain adalah sebuah lukisan yang menawan dengan warna warni cat
yang indah. Lukisan yang indah tersebut tentunya bisa terwujud karena ada
pelukisnya. Tidak mungkin lukisan itu bisa ada secara tiba-tiba tanpa ada yang
melukisnya. Pendapat yang menyatakan bahwa lukisan yang indah itu tiba-tiba ada
tanpa pelukis hanya karena ada ledakan di sebuah pabrik cat tentunya merupakan
pendapat yang sulit diterima oleh akal sehat.
Demikian pula dengan langit dan bumi beserta segala isinya yang teramat
menakjubkan. Ini tentunya adalah hasil kreasi yang luar biasa. Tidak mungkin
alam semesta yang menakjubkan ini hanya tercipta dengan sendirinya tanpa ada
yang merancang dan mengkreasinya. Tidak mungkin semua yang luar biasa yang
terdapat di langit dan bumi tercipta hanya dari sebuah ledakan besar. Kalau
memang seandainya, sekali lagi seandainya, ada ledakan besar sebelum
terwujudnya bumi ini, kejadian ledakan besar itu tentunya merupakan bagian dari
rancangan sang pencipta yang Maha Agung ini.
Makin tinggi ilmu pengetahuan seseorang, biasanya makin meningkat pula
pengetahuanny bahwa alam semsta ini tercipta dengan penuh keluarbiasaan, dan
makin tinggi pula kesadaran akan adanya pencipta yang Maha hebat dibalik
penciptaan yang luar biasa ini. Semakin banyak orang menyelidiki
fenomena-fenomena yang ada di alam semesta ini, maka akan semakin terkuak baginya
keajaiban-keajaiban yang ada dalam penciptaan langit dan bumi serta segala
isinya. Hal ini dapat mengantarkan orang itu kepada kesadaran akan adanya sang
pencipta yang maha hebat. Sungguh tepat makna yang terkandung pada Qur’an surah
fathir [35]: 28 yang menyatakan bahwa
para ilmuwan yang mengetahui rahasia-rahasia penciptaan alam semesta merupakan
orang yang takut kepada Allah. Allah berfirman: “Sesungguhnya yang takut kepada
Allah di antara hamba-hamb-Nya, hanyalah ulama.”(Qs. Fathir [35]: 28).
Di samping tanda atau dalil alam semesta seperti dikemukakan ayat 164
surah Al-Baqarah, Al-Qur’an juga mengemukakan dalil logika yang menegaskan
keesaan Allah, sang Pencipta. Secara logika, penciptaan yang teratur dan
menakjubkan yang terbentang disegenap alam semesta tentunya berasal dari Tuhan
Yang Maha Esa. Mustahil penciptaan yang luar biasa ini berasal dari banyak
tuhan, karena, secara logika, alam semesta yang teratur bisa jadi berantakan
jika diatur oleh banyak Tuhan yang sama sama memiliki kekuasaan mutlak.
Secara logika, dunia akan mengalami kekacauan jika ada dua Tuhan yang
memiliki kehendak yang berbeda dalam penciptaan dan pengaturan alam semesta.
Jika salah satu dari dua “tuhan” itu mengalah kepada “tuhan” lain yang memiliki
pendapat yang berbeda, maka “tuhan” yang mengalah itu tidak dapat disebut
sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa. Jika akhirnya dua “tuhan” yang berbeda pendapat
tentang penciptaan dan pengaturan alam semesta itu kemudian akhirnya
bersepakat, hal itu menunjukkan bahwa masing-masing dari kedua “tuhan” itu
saling membutuhkan atau tergantung satu sama lain. Tuhan yang tergantung pada
“tuhan” lain tidak layak disebut sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalil logika
tentag mustahilnya keberadaan banyak tuhan ini dinyatakan secara tegas oleh
Al-Qur’an pada Qs. Al-Anbiya’ [21]: 22, yang artinya: “Sekiranya ada di langit
dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak
binasa”.
Sungguhpun tanda atau bukti tentang kebesaran dan keesaan Tuhan sudah
begitu jelas dan begitu nyata seperti yang disebut dalam ayat 164, namun sangat
disayangkan masih ada manusia yang lengah dan lalai atau tidak dapat memahami
dan menangkap tanda-tanda yang jelas itu. Sikap dan akibat yang dialami oleh orang yang
mengingkari keberadaan dan keesaan Tuhan atau mempersekutukan-Nya, digambarkan
dalam Qs. Al-Baqarah [2]: 165-167.
SUMBER:
SUARA MUHAMMADIYAH | 1 – 15 AGUSTUS 2015 HAL: 35 – 36