Iman, Hati, dan Lisan
Bahrus Surur-Iyunk
Dalam sebuah Hadits Rasulullah pernah bersabda yang artinya:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia
berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah
ia memuliakan tetangga dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR Bukhari Muslim)
Hadits riwayat Bukhari-Muslim ini mengisyaratkan adanya
keterkaitan antara iman dan lisan, antara keyakinan dan perkataan. Keterkaitan
itu bukan hanya terjalin karena iman itu memang harus diucapkan dengan lisan,
melainkan juga karena pengejawantahan iman dan takwa itu harus diwujudkan dalam
perbuatan dan, terutama, perkataan.
Dalam Qs Al-Ahzab: 70 – 71, Allah berfirman, “Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.”
kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.”
Keterkaitan iman dan perkataan tidak jauh beda dengan
keterkaitan antara hati dan lisan. Artinya, iman yang benar itu muncul dari
hati yang tulus. Ketulusan iman di hati ini harus diucapkan dengan lisan dan
diwujudkan dalam perbuatan. Dalam hal ini, kisah Lukman al-Hakim yang
diriwayatkan Iman Ahmad dalam “Kitab Zuhud” dari Khalid bin Rabi’, menjadi
menarik.
Dulu, Lukman yang bijaksana itu pernah dimintai tolong oleh
majikannya untuk menyembelih seekor kambing. Setelah selesai dikuliti dan
diambil dagingnya, sang majikan meminta supaya ia diambilkan daging atau organ
kambing yang terbaik. Lukman kemudian mengambil hati kambing untuk diberikan
kepada majikannya. Masih belum puas, sang majikan pun meminta satu lagi dari
organ kambing yang terbaik. Lukman lalu mengambil lidahnya.
Setelah mengambil yang terbaik, majikannya meminta Lukman
untuk menyembelih satu kambing lagi. Setelah dikuliti, sang majikan minta untuk
diambilkan organ yang terburuk. Anehnya Lukman mengambil organ yang sama, yaitu
hati dan lidah. Maka, sang majikan bertanya,”Mengapa yang terbaik dan terburuk
itu sama?” Lukman berkata,’Tidak ada sesuatu yang lebih baik dari keduanya jika
keduanya baik, dan tidak ada sesuatu yang lebih buruk dari keduanya, jika
keduanya buruk.’
Mengingat begitu menentukannya hati dan lisan, Rasulullah
hingga bersabda, Ala wa inna fil-jasadi mudhgah. Idza shaluhat shaluha
al-jasadu kulluh, waidza fasadat fasada al-jasadu kulluh. Ala wainna hiya
al-qalb. “Di dalam tubuh kita ada segumpal daging, yang apabila dia baik, maka
baiklah seluruh tubuh, dan apabila dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh itu.
Kethuilah bahwa segumpal daging itu Hati.”(HR Bukhari).
Dalam riwayat lain, Rasulullah juga bersabda,”Hati itu
bagaikan raja, dan hati itu memiliki bala tentara. Apabila raja itu baik, maka
baiklah seluruh balatentaranya, dan apabila raja itu buruk, maka buruklah
seluruh balatentaranya. “ Dan keterkaitan antara keduanya pun sangat kuat.
Hubungan keduanya digambarkan Rasulullah, “Tidak akan sempurna iman seseorang
hamba kecuali bersih hatinya, dan tidak akan bersih hatinya kecuali lidahnya
benar.”
Begitu pula dengan lidah, sebagaimana diriwayatkan Imam
At-Tirmidzi, Rasulullah saw bersabda, “ Jika tiba waktu pagi, maka seluruh bagian
tubuh manusia akan menyerang lidah dan berkata kepadanya, ‘Bertakwalah kamu
kepada Allah karena kebahagiaan kami semua bergantung padamu juga.”
Di hari pembalasan nanti manusia tinggal ditentukan
kebersihan hatinya. Sebagaimana doa Nabiyullah Ibrahim dalam Qs Asy-Syu’ara:
87-89, “Dan janganlah engkau hinakan aku pada hari saat mereka dibangkitkan, (yaitu)
di hari harta benda dan anak-anak tidak berguna lagi, kecuali orang-orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih”.
Di Hari akhir nanti, lidah, lisan, dan mulut manusia juga
akan dikunci. Dalam Qs Yasin: 65, “Pada hari ini kami tutup mulut mereka; dan
berkatalah kepada kami tangan tangan mereka dan member kesaksian kaki mereka
terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. “Semoga kita bisa menjaga hati kita.
Amien. Wallahu a’lamu.
SUMBER:
SUARA MUHAMMADIYAH 1 – 15 AGUSTUS 2015 HALAMAN 152