DAKWAH ITU PENCERAHAN


Dakwah Itu
Pencerahan

Dakwah adalah salah satu identitas organisasi Muhammadiyah. Sebagai organisasi dakwah, Muhammadiyah tidak dapat mengelak dari tugas ini. Dimanapun berada, Muhammadiyah mesti melakukan tugas ini, baik di pedesaan maupun perkotaan.

Tidak sedikit tantangan yang dialami Muhammadiyah dalam berdakwah. Tantangan bukan hanya makin beragamnya masyarakat, tetapi juga kualitas dan kuantitas para da’i dan muballighnya. Lebih berat lagi, makin modernya masyarakat dengan kecanggihan teknologi merupakan tantangan yang membutuhkan respons Muhammadiyah.
Beberapa hal tersebut merupakan tantangan terbesar yang dihadapi Muhammadiyah. Dasrizal Dahlan, Ketua
Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Barat, menyatakan bahwa makin berkembangnya pola piker masyarakat dan kecanggihan teknologi adalah tantangan di depan mata bagi Dakwah Muhammadiyah. Akan tetapi, menurutnya, tantangan terbesarnya adalah “kuantitas dan kualitas da’i Muhammadiyah yang perlu lebih ditingkatkan.”
Perkembangan masyarakat demikian dahsyat. Pola dan metode dakwah sangat ditantang menghadapi perkembangan tersebut. Sementara Muhammadiyah sendiri memiliki keterbatasan dan kendala. Di antaranya adalah kendala sumberdaya manusia. Kendala tersebut membuat Muhammadiyah bekerja ekstra keras untuk dapat menyampaikan misi Islam kepada masyarakat luas.
Muhammadiyah sebagai rumah besar umat Islam, memang memiliki anggota dan simpatisan yang sangat variatif. Namun Muhammadiyah juga diuntungkan dengan adanya mekanisme organisasi yang mampu menjembatani berbagai varian itu. Sebagai organisasi Muhammadiyah memiliki konsep dakwah. Antara lain dakwah kultural dan atau dakwah jamaah yang sudah dibicarakan dalam setiap muktamar. Intinya Muhammadiyah lebih memilih pendekatan persuasif, namun tetap tegas. Kelebihan dakwah Muhammadiyah selama ini adalah dakwah yang sejuk. Dakwah yang mencerahkan. Dakwah berkemajuan. Muhammadiyah mampu bertahan selama 2 abad adalah karena dakwahnya yang bersifat persuasif, tidak keras.
Perkembangan masyarakat modern memang tidak menjamin pemahaman keislaman ikut berkembang. Bukan hanya masyarakat umum, bahkan warga Muhammadiyahpun kadang kurag dapat mengimbangi pengetahuan tentang modernitas dengan pemahaman keislamannya. Mereka masih membutuhkan pengetahuan keislaman lebih mendalam dan kontektual (sesuai dengan zaman).
Di satu sisi, kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan makin banyaknya buku yang bicara banyak tentang Islam. Akan tetapi, pada sisi yang lain, menurut M Barhiman, Ketua Majelis Tabligh PWM Bali, justru banyak da'i Muhammadiyah yang terlalu asyik dengan bacaan itu, yang akhirnya kurang memanfaatkan bahan-bahan